‎( HAKIKAT KEHIDUPAN DUNIA UNTUK KEHIDUPAN AKHIRAT )

‎( HAKIKAT KEHIDUPAN DUNIA UNTUK KEHIDUPAN AKHIRAT ) Betapa sempitnya manusia bila dia tidak melandasi kehidupannya dengan keimanan kepada Akhirat. Hidup di dunia ini teramat singkat ketika diukur dengan hari, bulan dan tahun, dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal. Tiada kematian di sana.Firman Allah SWT: Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya kehidupan yang sempit dan Kami mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta (Thaha : 124) Firman Allah : Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, nisaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siap yang dikehendaki, Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit. Seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman (Al-Anam : 125) 

Akal sehat mengatakan bahwa keadilan adalah memberikan ganjaran yang baik untuk orang yang berbuat baik dan membalas orang yang berbuat jahat. Dana sekarang kita lihat betapa banyak orang yang berbuat kebaikan di dunia, tetapi dia menginggal dan belum merasakan buah dari kebaikannya. Dan betapa barang orang-orang yang telah berbuat kerusakan di bumi; membunuh ratusan bahkan ribuan, tapi mereka mati dan belum mendapatkan balasan apa-apa, atau mereka dihukum dengan hukum yang tidak sepadan dengan perbuatan mereka. 

Begitu juga kita menyaksikan orang-orang tidak bersalah menjadi pesakitan, menderita dengan hukuman atas perbuatan yang tidak pernah dilakukannya. Itulah keadilan dunia dan mahkamah dunia. 

Dan akhirat, disana ada Ahkamul Hakimin (Seadil-adilnya Hakim). Orang-orang miskin terlahir ke dunia dalam keadaan miskin bukan karena kehendaknya. Orang-orang cacat, demikian pula. Itu semua adalah ujian Allah. 

Masa depan ini pun, bagi seorang muslim yang paling hakiki adalah kehidupan di akhirat. Masa depan duniawi yang juga harus menjadi cita-citanya hanyalah perantara yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan akhirat. 

Dalam menyikapi waktu, Yusuf Qaradhawi menasehatkan tiga hal. Pertama, memandang masa lalu sebagai bahan introspeksi sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah, karena itu berjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (Q. S. Ali Imran: 137) 

Kedua, merencanakan masa depan. Di antara karakteristik masa depan adalah ghaib dan terjadi dengan tiba-tiba walaupun orang-orang mengira kejadiannya akan terjadi beberapa tahun lagi. Firman Allah SWR, "Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yag telah diperbuatnya untuk hari esok." (QS. Al Hasyr:18). 

Ketiga, lebih memaksimalkan diri pada masa sekarang atau yang sedang terjadi, Rasulullah SAW bersabda: "Seandainya akan tiba hari kiamat dan di tangan kalian terdapat bibit korma, maka bila kamu sanggup sebelum datangnya kiamat untuk menanamnya maka tanamlah." 

Artinya dalam beramal sholeh setiap muslim harus maksimal dalam menuntaskan pekerjaannya. Ia juga harus senantiasa optimis karena setiap amalnya itu akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah. Sekalipun menurut hitungan manusiawi hasil pekerjaannya akan hancur lantaran sebentar lagi akan datang kiamat, minimal ia sudah mendapatkan kebaikan lantaran telah memanfaatkan waktu untuk berbuat baik. 

Marilah kita bersama-sama untuk merenungkan kehidupan ini, merenungkan usia kita masing-masing. Sudah siapkah bekal yang telah kita persiapkan untuk menghadapi kehidupan esok yang lebih cerah. Semoga Allah senantiasa memberikan pertolongan kepada kita, untuk selalu ingat dan bersyukur kepadanya, amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TELEFONE GRATIS IHA INDONESIA BA TIMOR

Kenapa Head Printer bisa buntu ?